Laman

17 September 2008

Punakawan



PUNAKAWAN adalah para pembantu dan pengasuh setia Pandawa.
Dalam wayang kulit, punakawan ini paling sering muncul dalam goro-goro, yaitu babak pertunjukan yang seringkali berisi lelucon maupun wejangan.

Punakawan sendiri terdiri dari Semar, Gareng, Petruk dan Bagong untuk versi Jawa Tengah dan Jawa Timur.
Versi Banyumas : Semarsemorodewo, Garengnolo, Petrukkanthong, Baworcarub.
Versi Jawa Barat : Semar, Astrajingga, Dawala dan Cepot
Versi Bali : Tualen, Merdah, Sangut dan Delem.
Walau nama beda tapi pada dasarnya tetap punakawan, yang selalu dibawakan dengan penuh lelucon gurauan oleh pada dalang maupun para pemeran di wayang orang.

Secara umum, Punakawan melambangkan orang kebanyakan.
Karakter Punakawan mengartikan bermacam-macam peran, seperti penghibur, pelawak, kritisi sosial maupun politik, badut bahkan sumber kebenaran dan kebijakan.
Para tokoh panakawan juga berfungsi sebagai pamomong (pengasuh), pamomong tidak hanya bagi pemirsanya tapi juga pamomong bagi semua tokoh pewayangan.
Pada dasarnya setiap manusia umumnya memerlukan pamomong, pengasuh, pembimbing, mengingat lemahnya manusia, hidup manusia selalu memerlukan orang lain maka disebut dengan makhluk sosial, orang lain yang dapat membantunya mengarahkan atau memberikan saran, pertimbangan maupun membimbing.
Karakter Punakawan sebenarnya muncul berdasarkan penuturan Puntadewa / Dharmakusuma (satu-satunya dari Pandawa yang memeluk Islam) kepada Sunan Kalijaga dalam komunikasi ghaib sesama aulia.

Dijelaskan juga bahwa selain Semar, para Punakawan yang dinyatakan sebagai anaknya (Gareng, Petruk dan Bagong) sebenarnya adalah dari bangsa Jin.
Tokoh Punakawan dimainkan dalam sesi goro-goro. Pada setiap permulaan permainan wayang biasanya tidak ada adegan kekerasan antara tokoh-tokohnya hingga lakon goro-goro dimainkan. Artinya adalah bahwa jalan kekerasan adalah alternatif terakhir.

Dalam Islam pun, setiap dakwah yang dilakukan harus menggunakan tahap-tahap yang sama. Lakon goro-goro pun menggambarkan atau membuka semua kesalahan, dari yang samar-samar menjadi kelihatan jelas sebagaimana sebuah doa: " Allahuma arinal haqa-haqa warzuknat tibaa wa’arinal bathila-bathila warzuknat tinaba", artinya: " Ya Allah tunjukilah yang benar kelihatan benar dan berilah kepadaku kekuatan untuk menjalankannya, dan tunjukillah yang salah kelihatan salah dan berilah kekuatan kepadaku untuk menghindarinya."

Tidak ada komentar: